Angka Kematian Ibu dan Bayi Masih Tinggi di Inhil, Dewan Minta Disediakan Bidan di Setiap Polindes
Kamis, 19 November
2015 10:07 WIB
Anggota Komisi IV DPRD Inhil,
Yuliantini.
TEMBILAHAN- Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Negeri Seribu Parit ini membuat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Indragiri Hilir (Inhil) meminta kepada Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) agar menyediakan seorang bidan di setiap Pondok Bersalin
Desa (Polindes).
Hal itu dimaksudkan, agar ketika ada
warga yang melahirkan, bisa langsung di tangani oleh sang Bidan.
Seperti yang dikatakan Anggota Komisi
IV DPRD Inhil, Yuliantini saat berbincang dengan GoRiau.com di gedung DPRD
Inhil, Rabu (18/11/2015) semalam, mengatakan, umumnya penyebab tidak
terselamatkannya ibu dan bayi saat proses persalinan dikarenakan jauhnya tempat
untuk mendapatkan perawatan.
''Apalagi warga yang tinggal di desa,
ketika mau lahiran, harus ke kecamatan, perjalanannya jauh, harus pakai
speedboat atau pompong, itu yang jadi kendala,'' sebut Yuliantini.
Jika disetiap desa disediakan Polindes
beserta bidan dan peralatan yang memadai, dikatakan Politisi Partai Golongan
Karya (Golkar) ini, ketika ada warga yang dalam keadaan darurat akan
melahirkan, bisa segera diberikan pengobatan.
Tidak hanya rentang kendali yang jauh,
mahalnya biaya melahirkan dikatakannya juga menjadi kendala.
Dimana, banyak warga yang lebih
menggunakan jasa bidan kampung karena tidak mampu membayar biaya melahirkan
jika menggunakan jasa bidan.
''Biaya melahirkan itu dari Rp800
hingga Rp1 juta. Kalau masyarakat miskin tidak akan mampu. Makanya menggunakan
jasa bidan kampung yang hanya Rp100 ribu,'' tukas Yuliantini.
Sementara itu, sebelumnya, Plt Kepala
Dinas Kesehatan (Kadiskes) Inhil, Saut Pakpahan menjelaskan hingga Bulan
September 2015 lalu, jumlah kematian ibu hamil, bersalin dan nifas sebanyak 23
orang dari 5.146 persalinan, dengan penyebab utamanya adalah pendarahan.
Untuk AKB berjumlah sebanyak 148 orang
dari 9.164 kelahiran hidup, dengan penyebab kematian diantaranya Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), aspixia (kekurangan oksigen), serta lahir mati karena
penanganan persalinan yang tidak tepat dan tidak sesuai protap.Â
Ia mengatakan, kendala yang ditemui
pada keseluruhan persoalan tersebut, yakni tiga Terlambat dan empat Terlalu.
Tiga Terlambat, yakni Terlambat mendeteksi dini terhadap kehamilan yang
beresiko, Terlambat merujuk dan Terlambat pertolongan medis.Â
Kemudian Empat Terlalu, yaitu Terlalu
tua untuk hamil (di atas 35 tahun), Terlalu muda untuk hamil (di bawah 18
tahun), Terlalu dekat jarak kehamilan dan Terlalu rapat jumlah anak.
Tidak meratanya tenaga kesehatan
dikatakannya juga menjadi kendala, dimana, tenaga kesehatan lebih banyak berada
di perkotaan daripada di daerah-daerah terpencil.***
0 komentar:
Posting Komentar